BAB I
PENDAHULUAN
o Latar Belakang
Vitamin merupakan suatu molekul organik yang dibutuhkan oleh tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal. Vitamin tidak dapat di buat oleh tubuh manusia dalam jumlah yang cukup, oleh karena itu harus diperoleh dari bahan pangan yang dikonsumsi.
Dalam bahan pangan hanya terdapat vitamin dalam jumlah yang relatif sangat kecil dan terdapat dalam bentuk yang berbeda-beda diantaranya ada yang bebentuk provitamin atau calon vitamin yang dapat di ubah dalam tubuh menjadi vitamin aktif. Segera setelah diserap oleh tubuh provitamin mengalami perubahan kimia sehingga menjadi satu atau bentuk yang aktif.
Untuk perdaran darah dan kulit yang sehat diperlukan suatu vitamin salah satunya adalah vitamin B3 atau yang dikenal juga dengan Niacin. Dalam makalah ini akan di bahas tentang vitamin B3 dan analisisnya.
A. Tujuan
Makalah ini akan membahas tentang vitamin B3 dan analisisnya dan makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah biokimia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Vitamin B3 ( Niasin )
Pelagra yang artinya kulit kasar merupakan suatu penyakit yang ditemukan di Italia tahun 1771. Pada tahun 1915 Coldberger sarjana Amerika melakukan percobaan secara klasik terhadap dua belas narapidana yang diberi jaminan akan dibebaskan bila mereka mau bekerja sama dalam suatu penelitian gizi. Mereka mengkonsumsi suatu ransum makanan yang rendah gizinya. Ransum tersebut terdiri dari ubi jalar, roti, jagung, kubis, nasi, biskuit, kopi dan sebagainya. Setelah beberapa minggu narapidana merasa pusing, sakit perut dan mengalami lelah badan. Coldberger menyatakan bahwa penyakit ini disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang dapat disembuhkan dengan memakan protein bermutu tinggi. Elvehjem kemudian pada tahun 1937 menemukan bahwa penyakit pelagra pada anjing dapat disembuhkan dengan pemberian asam nikotinat.
Goldsmith kemudian melaporkan bahwa 60 mg triptofan berasal dari makanan mempunyai pengaruh metabolik yang sama dengan 1 mg niasin. 60 mg triptofan dan 1 mg niasin disetarakan dengan Niasin Ekivalen (NE). Triptofan merupakan asam amino pembatas jagung. Bila penduduk makan jagung tanpa tambahan sumber protein bermutu tinggi akan mengalami tanda-tanda pelagra.
B. Sifat Kimia dan Stabilitas
Niasin adalah istilah generik untuk asam nikotinat dan turunan alaminya nikitinamida (niasin Amida). Hiasin berfungsi sebagai komponen koenzim Nikotinamida Adenin dinukleotida dan Nikotinamida AdeninDinukleotida ( NADP ) yang berada di semua sel dan berperan sebagai faktor berbagai oksidoreduktase yang terlibat dalam glikolisis metabolisme asam lemak, pernafasan jaringan dan detoksifikasi. Di dalam makanan niasin berada dalam keadaan terikat dengan protein pada koenzim :
Niasin atau asam nikotinat merupakan kristal putih yang lebih stabil dari tiamin dan riboflavin. Niasin tahan terhadap suhu tinggi, cahaya, asam, alkali dan oksidasi. Niasin sangat mudah diserap oleh usus dan beberapa cadangan dapat disimpan oleh tubuh.Triptofan merupakan precursor niasin sehingga ransum yang mengandung jumlah triptofan cukup akan dapat mencukupi keperluan niasin.
Di dalam usus niasin dihdrolisi dan diabsorpsi sebagai asam nikotinat, nikotinamida dan nikotinamida mononukleotida (NMN). Kelebihan niasin dibuang melalui urin.
Niasin penting dalam menghasilkan tenaga daripada gula darah, dan dalam pembuatan lemak. Ia membnatu dalam fungsi sistem saraf dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Niasin merendahkan paras kolesterol dan memperbaiki peredaran darah, ia membantu dalam penyakit mental seperti schizophrenia dan ia juga sebagai menambah ingatan.
C. Fungsi
Nikotinamida berfungsi dalam tubuh sebagai kenzim NAD dan NADP (NADH dan NADPH adalah bentuk reduksinya). Koenzim-koenzim ini diperlukan dalam reaksi oksidasi-reduksi pada glikolisis, metabolisme protein asam lemak, pernapasan sel dan detosifikasi dimana peranannya adalah melepas dan menerima atom hidogen. NAD juga berfungsi sebagai dalam sintesis glikogen.
D. Sumber
Buah-buahan, gandum, hati, ginjal, ikan, daging, ayam dan kacang tanah, kentang manis. Susu dan telur mengandung sedikit niasin tetapi kaya triptofan. Niacin dan niacinamida bisa juga di dapati dari hati lembu, ragi yang ditapai, kobis bunga, lobak merah, tepung jagung.
E. Akibat kekurangan Niasin
o Keletihan, lemah badan
o Peligra sejenis penyakit dengan gejala bengkak, kulit merekah atau pecah, bengkak mulut dan lidah, gangguan mental, pening, lemah badan, sakit kepala, lemah otot, rendah gula dalam darah.
F. Analisa Vitamin B3 ( Niasin )
- Analisa vitamin B3 menggunakan metoda Kolorimetri
- Prinsip : Niasin dan niasimida diekstrak dari sampel kemudian gugusan piridinnya dilepaskan dari vitamin bromida dan direaksikan dengan asam sulfinat membentuk kompleks berwarna kuning yang dapat di ukur serapannya.
- Bahan :
- Larutan standar niasin : Encerkan 50 mg niasin standar USP yang sebelumnya telah dikeringkan dalam desikator dengan fosforpentaoksida dalam alkohol 25 % kemudian encerkan sampai 500 ml ( larutan induk menjadi 100 ml g/ml). Encerkan 10 ml larutan induk menjadi 100 ml dengan air suling ( larutan standar I, 10 g/ml). Encerkan 2 ml larutan induk menjadi 50 ml dengan air suling ( larutan standar II, 4 g/ml)
- Larutan amonium hidroksida (NH4OH) encer : Encerkan 5 ml amonium hidroksida menjadi 250 ml dengan air suling.
- Larutan asam klorida (HCl) encer : Encerkan 1 bagian volume asam klorida pekat dengan 5 bagian air suling.
- Larutan bufer fosfat (pH 8): Larutkan 60 g Na2HPO4. 7 H2O dan 10 g KH2PO4 dalam air suling panas, kemudian encerkan sampai 200 ml.
- Sianogen bromida (CNBr) 10 %. Di dalam ruang asam panaskan 370 air suling dalam gelas piala besar sampai mencapai suhu 400 C, kemudian tambahkan 40 g CNBr. Kocok sampai larut dinginkan dan encerkan sampai 400 ml. Hati-hati jangan kena kulit. Simpan dalam lemari es.
- Asam sulfinat 10 %. Tambahkan amonium hidroksida dalam porsi 1 ml kedalam campuran 20 g asam sulfinat dan 170 ml air suling sampai asam larut. Dengan menggunakan indikator bromkresol hijau atur pH-nya menjadi 4,5 dengan asam klorida yang telah diencerkan (1:1). Encerkan sampai volume 200 ml.
- Asam sulfinat 55%. Tambahkan 27 ml air suling dan 27 ml amonium hidroksida ke dalam 55 g asam sulfinat, kemudian kocok sampai larut atau panaskan jika perlu. Atur pH-nya menjadi 7 dengan beberapa tetes amonium hidroksida atau HCl 5 N dan encerkan sampai 100 ml.Simpan ditempat gelap.
§ Alat:
1) Timbangan analitik, kepekaan 0,1 mg
2) Spektrofotometer
§ Prosedur :
1. Timbang 1,5 g kalsium hidroksida ( Ca(OH)2) sebanyak tujuh kali, kemudian masukkan masing-masing kedalam setiap erlenmeyer 250 ml
2. Berturut-turut isi erlenmeyer no 2 sampai 6 masing-masing dengan larutan standar I sebanyak 5, 10, 15, 20 dan 25 ml. Erlenmeyer 1 tidak diisi apa-apa, sedangkan erlenmeyer 7 diisi dengan 2,5 g sampel yang mengandung sekitar 100 g niasin
3. Isi semua erlenmeyer dengan air suling masing-masing sampai sekitar volumena 90 ml, kemudian kocok.
4. Panaskan dalam otoklaf pada suhu 1210 C selam 2 jam
5. Keluarkan dari otoklaf, kocok selagi panas, dan dinginkan sampai mencapai suhu sekitar 400C, kemudian pindahkan secara kuantitatif kedalam labu takar 100 ml tepatkan volumenya
6. Pipet sebanyak 50 ml larutan dari setiap erlenmeyer ke dalam tabung sentrifus, kemudian masukkan dalam es selam 15 menit
7. Sentrifus selama 15 menit
8. Pipet 20 ml larutan dari setiap tabung kedalam tabung sentrifus lain yang mengandung 8 g amonium sulfinat [( NH4)2SO4 ] dan 2 ml bufer fosfat, kocok dan panaskan sampai mencapai suhu 55-600C
9. Sentrifus selama 5 menit, kemudian saring melalui kertas saring Whatman # 12 atau yang sejenis. Filtrat 1 sampai 6 adalah standar, dan filtrat 7 adalah sampel
10. Siapkan 2 tabung untuk masing-masing filtrat, kemudian pipet 5 ml filtrat kedalam tabung tersebut. Sebagai blanko pipet 5 ml air suling kedalam tabung lain
11. Kedalam satu tabung dari masing-masing filtrat tambahkan 10 ml air suling biarkan dalam es selama 30 menit
12. Kedalam satu tabung lainnya dari masing-masing filtrat serta ke dalam tabung blanko tambahkan berturut-turut 10 ml sianogen bromida dingin, diikuti setelah 30 detik dngan 1 ml larutan asam sulfinat 55 %. Aduk ( dengan pengaduk vorteks jika ada) pada setiap penambahan pereaksi. Tutup tabung yang berisi sianogen bromida
13. Ganti tabung-tabung yang di dalam es dengan tabung-tabung yang baru saja diisi pereaksi
14. Kedalam tabung-tabung yang baru diambil dari es ini tambahkan larutan asam sulfinat 55 %
15. Nyalakan spektrofotometer, atur serapannya panjang gelombang 470 nm dengan blanko
16. Baca serapan tabung-tabung setelah 12 sampai 15 menit penambahan asam sulfinat
17. Buat kurva kalibrasi serapan (A) dari standar dikurangi blanko dengan konsentrasi niasin dalam g/ml
18. Baca serapan sampel, koreksi dengan blanko sampel dan blanko pereaksi
19. Cari konsentrasi sampel (C) dari kurva kalibrasi dengan sarapan yang telah dikoreksi tadi
§ Perhitungan :
Niasin (mg/100 g) = c
(10 x g sampel )
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Vitamin B3 atau niasin sangat diperlukan agar suplai energi dalam jaringan tubuh berjalan normal. Vitamin B3 ini juga diperlukan oleh badan kita untuk peredaran darah dan kulit yang sehat. Niasin bisa membantu dalam penyakit seperti schizophrenia dan juga sebagai penamabah daya ingat. Kekurangan vitamin B3 bisa menyebabkan keletihan dan lemah badan. Kekurangan berat menyebabkan pelagra yang mempunyai karekteristik dermatis, demensia dan diare (3D dan bila diakhiri dengan mati/death 4D)
o Almatsier, Sunita.2001. Prinsip Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
o Winarno, F.G.1984. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
o Http://moodpro.tripod.com/infoubat/vit B3.htm
o Mahmud, Dr.Mien K,Dr. Dewi Sabita Slamet,dkk.1990. Pedoman Analisis Zat Gizi. Departemen Kesehatan RI Direktorat Bina Gizi Masyarakat dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi. Jakarta