Panduan tentang Menu

"Selamat Datang di Blog Cara Mengisi Blog dengan Modul Pembelajaran

makalah alergi_Riza Nuryasari 072022967 II.B

MAKALAH PENYAKIT ALERGI




Oleh :

RIZA NURYASARI
NIM. 072022967

II.B





















JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN PADANG
2009






KATA PENGANTAR


Puji dan syukur marilah kita ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang karena rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Penyakit Alergi” yang merupakan tugas akhir dari mata kuliah Patologi ini tepat pada waktunya. Penulis juga mengucapkan rasa terimakasih kepada Ibu Eva Yuniritha selaku dosen pembimbing dan kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan mengenai penyakit Alergi yang sering kita jumpai disekitar kita. Penulis menyadari, sebagai mahasiswa yang memiliki keterbatasan ilmu, maka makalah ini masih memiliki banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang positif dari para pembaca. Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.


Padang, 20 Januari 2009



Penulis











BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Alergi atau hipersensitivitas tipe I adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang umumnya imunogenik (antigenik) atau dikatakan orang yang bersangkutan bersifat atopik. Dengan kata lain, tubuh manusia bereaksi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing dan berbahaya, padahal sebenarnya tidak untuk orang-orang yang tidak bersifat atopik. Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut alergen.
Alergen bisa berasal dari berbagai jenis dan masuk ke tubuh dengan berbagai cara. Bisa saja melalui saluran pernapasan, berasal dari makanan, melalui suntikan atau bisa juga timbul akibat adanya kontak dengan kulit seperti : kosmetik, logam perhiasan atau jam tangan, dan lain -lain. Zat yang paling sering menyebabkan alergi : Serbuk tanaman; jenis rumput tertentu; jenis pohon yang berkulit halus dan tipis; serbuk spora; penisilin; seafood; telur; kacang panjang, kacang tanah, kacang kedelai dan kacang-kacangan lainnya; susu; jagung dan tepung jagung; sengatan insekta; bulu binatang; kecoa; debu dan kutu. Yang juga tidak kalah sering adalah zat aditif pada makanan, penyedap, pewarna dan pengawet.
Alergi dapat menyerang selama bertahun-tahun pada seseorang. Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas secara lanjut mengenai penyakit alergi ini. Mulai dari pengertian, penyebab, gejala, diagnosa dan pencegahan serta diet nya.

1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan mengenai penyakit alergi. Sehingga para pembaca dapat mencegah penyakit ini timbul. Dan bagi para penderita penyakit ini juga dapat mengobatinya. Makalah ini juga bertujuan untuk melaksanakan tugas akhir dari mata kuliah Patologi.
1.3 Rumusan Masalah
Makalah ini akan membahas tentang :
1.4 pengertian alergi
1.5 etiologi
1.6 gejala klinis
1.7 pemeriksaan (diagnosa)
1.8 pencegahan
1.9 pengobatan














BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Alergi
Alergi atau hipersensitivitas tipe I adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang umumnya imunogenik (antigenik) atau dikatakan orang yang bersangkutan bersifat atopik. Dengan kata lain, tubuh manusia bereaksi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing dan berbahaya, padahal sebenarnya tidak untuk orang-orang yang tidak bersifat atopik. Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut alergen.
2.2 Etiologi
Alergen bisa berasal dari berbagai jenis dan masuk ke tubuh dengan berbagai cara. Bisa saja melalui saluran pernapasan (inhalan), berasal dari makanan / saluran cerna (ingestan), melalui suntikan (injektan) atau bisa juga timbul akibat adanya kontak dengan kulit (kontaktan) .
 Allergen inhalan : tungau debu rumah, serbuk tanaman, bulu binatang
(kucing/anjing), serbuk spora, dll
 Allergen ingestan : susu, telur, kacang, ikan laut, buah-buahan dan obat
luar
 Allergen kontaktan : kosmetik dan logam (perhiasan, jam tangan, dsb).
Masuknya allergen ke dalam tubuh akan memicu respon imun, sehingga terbentuk antibody yang kemudian berikatan dengan allergen tersebut. Hal inilah yang merangsang timbulnya reaksi alergi. Respon imun yang terjadi via antibody (Ig E) mengakibatkan terjadinya gejala-gejala alergi.

2.3 Gejala Klinis
Gejala yang mungkin terjadi akibat alergi adalah: rasa gatal pada tenggorokan; gatal pada mulut; gatal pada mata; gatal pada kulit atau bagian tubuh lainnya; sakit kepala; hidung tersumbat atau hidung meler; sesak napas; bengek; kesulitan menelan; mendadak pilek dan bersin-bersin, dan lain-lain.
Jenis penyakit alergi ini banyak macamnya, yaitu :
 Alergi yang terkait dengan pernafasan yang umum di jumpai, contohnya : asma dan rinitis. Penderita alergi rinitis atau istilah lainnya pilek alergi biasanya mengalami bersin, hidung tersumbat, dan rasa gatal di hidung. Tidak jarang gejala rinitis alergi disertai gejala konjungtivitas, seperti keluarnya air mata, gatal dan kemerahan. Gejala gangguan pendengaran kadang juga dijumpai seperti rasa tersumbat dan kurang dapat mendengar. Penyakit rinitis alergi sering kali mengganggu aktivitas dan kualitas hidup. Bila penyakit ini dibiarkan, kemungkinan akan berkembang menjadi penyakit kronis seperti asma.
 Alergi yang terkait dengan kulit, contoh : urtikaria (biduran/didu/kaligata) dan dermatitis atopik (eksim).Urtikaria ada yang bersifat akut dan ada yang bersifat kronis. Dikatakan urtikaria akut apabila gejala bentol berlangsung sepanjang hari. Penyebab urtikaria akut umumnya jelas, seperti makanan, obat, infeksi virus atau mikroba lain, sengatan serangga, lateks, dll. Pada urtikaria kronis, sebagian besar penyebabnya tidak diketahui sehingga dipergunakan istilah urtikaria kronis idiopatik. Sebagian kecil penyebab yang diketahui antara lain penyakit autoimun, urtikaria fisis (udara dingin, akuatik, solar, tekanan, vibratory), infeksi kronis (infeksi gigi dan sinusitis).
 Alergi akibat pemakaian obat tertentu. Gejala yang akan timbul yaitu : urtikaria, eritema (kemerahan), dermatitis medikamentosa, purpura, erupsi eksantematosa, eritema nodosum, eritroderma, erupsi pustuler. Yang sering terkena alergi jenis ini adalah perempuan dan orang yang sistem imunnya turun.

2.4 Pemeriksaan (Diagnosa)
Menentukan penyebab alergi dapat dilakukan dengan cara berikut:
 Menghindari zat yang dicurigai sebagai allergen, kemudian setelah gejala hilang mencoba kembali zat tersebut. Misalnya saja, bila yang dicurigai sebagai allergen adalah makanan, maka sebaiknya berhenti memakan makanan tersebut. Setelah gejalanya hilang, coba kembali memakannya dan melihat apakah terjadi reaksi yang sama.
 Melakukan tes alergi dan melihat riwayat keluarga serta riwayat frekuensi serangan terjadi. Bila salah satu dari orang tua menderita alergi, maka kemungkinan risiko penyakit tersebut diturunkan pada anak sekitar 25%¬-30%. Sementara itu, bila kedua orang tua adalah penderita, maka risiko meningkat menjadi 60%¬-70%.
 Selain itu perlu dilakukan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang antara lain tes alergi pada kulit, foto rontgen, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan lebih lanjut bila dibutuhkan. Tes pada kulit merupakan pemeriksaan yang sangat sederhana untuk mendiagnosa alergi. Dengan memberikan zat-zat tertentu pada kulit seseorang, dapat diketahui zat yang merupakan allergen pada orang tersebut. Zat dalam jumlah kecil disuntikkan. Bila terjadi pembengkakan pada bagian yang diberi suntikan, maka zat tersebut adalah merupakan allergen.
 Pulsus paradoksus, perbedaan tekanan darah arteri sistemik selama inspirasi dan ekspirasi, normalnya tidak melebihi 10 mmHg.
 Sianosis, akibat penyumbatan jalan nafas dapat menjadi nyata jika saturasi oksigen arterial kurang dari 85%.
 Pemeriksaan mata dapat menunjukkan infeksi konjungtiva, air mata berlebihan dan endema periorbital konjungtivitis alergika.
 Pemeriksaan dada dapat memperlihatkan penambahan diameter antero posterior
Untuk alergi akibat obat, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang, yaitu :
1. pemeriksaan in vivo
- uji temple (patch test)
- uji tusuk (prick/scratch test)
- uji provokasi (exposure test)

2. pemeriksaan in vitro
a. yang diperantarai antibody :
- hemaglutinasi pasif
- dreganulasi basofil
- radio immunoassay
- tes fiksasi komplemen
b. yang diperantarai oleh sel :
- tes transformasi limfosit
- leucocyte migration inhibition test
2.5 Pencegahan
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya alergi:
• Jagalah kebersihan lingkungan, baik di dalam maupun diluar rumah. Hal ini termasuk tidak menumpuk banyak barang di dalam rumah ataupun kamar tidur yang dapat menjadi sarang bertumpuknya debu sebagai rangsangan timbulnya reaksi alergi.Usahakan jangan memelihara binatang di dalam rumah ataupun meletakkan kandang hewan peliharaan di sekitar rumah anda.
• Kebersihan diri juga harus diperhatikan, untuk menghindari tertumpuknya daki yang dapat pula menjadi sumber rangsangan terjadinya reaksi alergi. Untuk mandi, haruslah menggunakan air hangat seumur hidup, dan usahakan mandi sore sebelum pukul 17.00. Sabun dan shampoo yang digunakan sebaiknya adalah sabun dan shampoo untuk bayi. Dilarang menggunakan cat rambut.
• Jangan menggunakan pewangi ruangan ataupun parfum, obat-obat anti nyamuk. Jika di rumah anda terdapat banyak nyamuk, gunakanlah raket anti nyamuk.
• Gunakan kasur atau bantal dari bahan busa, bukan kapuk.
• Gunakan sprei dari bahan katun dan cucilah minimal seminggu sekali dengan air hangat akan efektif.
• Hindari menggunakan pakaian dari bahan wool, gunakanlah pakaian dari bahan katun.
• Pendingin udara (AC) dapat digunakan, tetapi tidak boleh terlalu dingin dan tidak boleh tidur lebih dari pukul 24.00.
• Awasi setiap makanan atau minuman maupun obat-obatan yang menimbulkan reaksi alergi. Hindarilah bahan manakan, minuman, maupun obat-obatan tersebut. Anda harus mematuhi aturan diet alergi anda.
• temui ahli. Konsultasikan dengan spesialis. Alergi yang muncul membutuhkan perawatan yang berbeda-beda pada masing-masing penderita alergi. Mintalah dokter anda untuk melakukan imunoterapi untuk menurunkan kepekaan anda terhadap bahan-bahan pemicu reaksi alergi, misalnya: dengan melakukan suntikan menggunakan ekstrak debu rumah atau dengan melakukan imunisasi Baccillus Calmette Guirine (BCG) minimal sebanyak 3 kali (1 kali sebulan) berturut-turut.
2.6 Pengobatan
Pengobatan alergi tergantung pada jenis dan berat gejalanya. Tujuan pengobatannya bukanlah menyembuhkan melainkan mengurangi gejala dan menghindari serangan yang lebih berat di masa yang akan datang. Gejala yang ringan biasanya tidak memerlukan pengobatan khusus. Gejala akan menghilang beberapa saat kemudian. Pemberian Antihistamin dapat membantu meringankan berbagai gejala.
Pengobatan alergi dilakukan dengan farmakoterapi yang memperhitungkan keamanan, efektifitas dan kemudahan dalam pemberiannya ; imunoterapi serta edukasi pasien. Salah satu farmakoterapi yang dianjurkan dalam pengobatan alergi adalah dengan obat anti histamin dari generasi terbaru seperti cetrizin. Berbeda dengan anti histamin klasik / generasi pertama (misalnya chlorpheniramine, cyproheptadine, dexclorpheniramine, dll), anti histamin generasi kedua / terbaru umumnya memiliki efek sedatif yang rendah (efek mengantuk rendah), efektif dan sebagian bersifat anti – inflamasi ringan. Penanganan alergi yang paling tepat bukanlah dengan obat-obatan melainkan dengan cara menghindari allergen. Secara teoritis, alergi memang tidak bisa dihilangkan, tetapi dapat dikurangi frekuensi dan berat serangannya. Namun sering sekali dalam keseharian, allergen sulit dihindari. Untuk itu, diperlukan sistem kekebalan tubuh untuk mencegah alergi.















BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Alergi atau hipersensitivitas tipe I adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang umumnya imunogenik (antigenik). Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut alergen. Alergen bisa berasal dari berbagai jenis dan masuk ke tubuh dengan berbagai cara. Bisa saja melalui saluran pernapasan (inhalan), berasal dari makanan / saluran cerna (ingestan), melalui suntikan (injektan) atau bisa juga timbul akibat adanya kontak dengan kulit (kontaktan) .
Gejala yang mungkin terjadi akibat alergi adalah: rasa gatal pada tenggorokan; gatal pada mulut; gatal pada mata; gatal pada kulit atau bagian tubuh lainnya; sakit kepala; hidung tersumbat atau hidung meler; sesak napas; bengek; kesulitan menelan; mendadak pilek dan bersin-bersin, dan lain-lain.
Pengobatan alergi tergantung pada jenis dan berat gejalanya. Tujuan pengobatannya bukanlah menyembuhkan melainkan mengurangi gejala dan menghindari serangan yang lebih berat di masa yang akan datang. Gejala yang ringan biasanya tidak memerlukan pengobatan khusus. Gejala akan menghilang beberapa saat kemudian. Pemberian Antihistamin dapat membantu meringankan berbagai gejala.
3.2 Saran
Alergi dapat kita cegah dengan cara menghindari penyebab alergi tersebut. Jadi, jika kita menderita alergi jenis tertentu, maka hindari atau jauhilah penyebab alergi kita tersebut. Jika terkena alergi akut, sebaiknya langsung diberi obat agar tidak bertambah parah menjadi kronis.





DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………………1
Daftar Isi ………………………………………………………………….. 2
Bab I Pendahuluan
1.1 Pendahuluan ……………………………………………………... 3
1.2 Tujuan …………………………………………………………… 3
1.3 Rumusan masalah ……………………………………………….. 4
Bab II Pembahasan
2.1 pengertian alergi ………………………………………………… 5
2.2 etiologi ………………………………………………………….. 5
2.3 gejala klinis ……………………………………………………… 6
2.4 pemeriksaan (dignosa) …………………………………………... 7
2.5 pencegahan ……………………………………………………… 8
2.6 pengobatan ……………………………………………………… 9
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan ……………………………………………………. 10
3.2 Saran …………………………………………………………… 11
Daftar Pustaka ………………………………………………………….. 12