Panduan tentang Menu

"Selamat Datang di Blog Cara Mengisi Blog dengan Modul Pembelajaran

alergi

KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang mana berkat rahmat, ridho dan karunianyalah maka Penulis bisa menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak lupa shalawat berangkaikan salam Penulis hadiahkan kepada Baginda Rasulullah SAW, Nabi akhir zaman yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan sekarang ini.
Dalam pembuatan makalah ini, tentunya Penulis telah menerima bantuan informasi dari teman – teman sebagai bahan diskusi sebagai tambahan bagi Penulis dalam penyempurnaan makalah ini tentunya. Tak lupa Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Eva Yuniritha yang telah memberi tema yang menarik dan tentunya bermanfaat bagi Penulis dan insya Allah bagi pembaca lainya juga.
Sebagai suatu permulaan dalam meniti ilmu pengetahuan yang baru, Penulis merasa membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari Pembaca sekalian demi tercapainya kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang. Atas kritik dan sarannya, penulis ucapkan terima kasih.






Padang, 10 Januari 2009

Penulis


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. PERMASALAHAN
C. TUJUAN
BAB II. ISI
A. DEFINISI
B. EPIDEMIOLOGI
C. ETIOLOGI, PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN
BAB III. PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA








BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
ALERGI ternyata merupakan kumpulan penyakit yang cukup sering dijumpai di masyarakat. "Sekitar 20 persen penduduk pernah menderita alergi," kata spesialis paru RS Gading Pluit, dr Irwandi R SpP.
Di samping aspek genetik dan lingkungan sebagai pemicu, rupanya permeabilitas saluran cerna juga turut berpengaruh. Konsekuensinya, bayi lebih rentan terkena alergi, mengingat kondisi saluran cernanya belum sempurna. Itulah sebabnya, bayi disarankan diberi ASI (air susu ibu) eksklusif, setidaknya hingga usia 6 bulan.
Pada dasarnya, tidak ada bayi yang alergi ASI. Kalaupun didapati gejala seperti bayi sering menangis tanpa sebab, sebenarnya bukan disebabkan ASI-nya, melainkan makanan yang dikonsumsi ibunya selama menyusui. Untuk itu, ibu menyusui harus benar-benar memperhatikan pola makannya.
Nah, bayi yang tidak mendapat ASI biasanya digantikan dengan susu sapi. Padahal, di Indonesia susu sapi merupakan penyebab alergi terbanyak, terutama pada bayi. "Susu sapi yang merupakan protein asing utama bagi bayi pada bulan-bulan awal kehidupannya berpotensi menimbulkan reaksi alergi yang pertama kali, dengan gejala-gejala pada saluran cerna seperti diare dan muntah," ungkap Dr Zakiudin Munasir SpA(K).
Alergi akibat protein susu sapi (baik dalam bentuk es krim, keju, atau kue) bisa menetap sampai akhir masa kanak-kanak. Namun,anak yang alergi susu sapi belum tentu alergi terhadap daging sapi maupun bulu sapi. Telur ayam juga sering kali menjadi allergen, terutama pada anak yang menderita dermatitis atopik.
Kacang kedelai dan sejenisnya mempunyai sifat alergenitas yang rendah sehingga sering digunakan sebagai pengganti susu sapi pada anak yang alergi terhadap susu sapi, namun sifat allergenitas ini bisa dikurangi dengan cara memanaskannya.





Terkait pengobatan alergi, dokter biasanya memberikan obat-obatan seperti antihistamin dan kortikosteroid (baik yang diberikan lewat mulut, suntikan, maupun inhalasi) untuk memperkuat dinding sel mast dalam tubuh pasien. "Obat-obatan umumnya hanya menghilangkan gejala-gejala tanpa menghilangkan faktor penyebabnya. Jadi, sembuhnya kerap hanya sementara," ungkap Irwandi.
Sementara itu, imunoterapi dilakukan dengan menyensitisasi. Caranya, kulit si pasien dipapari allergennya sedikit demi sedikit sehingga lama-lama menjadi kebal (tollerance). Dr Wesley Burks, dalam tulisan yang dipublikasikan di Lancet Medical Journal baru-baru ini juga mengemukakan tentang kemungkinan terobosan baru imunoterapi untuk alergi kacang.
"Seperti halnya terapi lainnya, terapi ini nantinya akan mengubah respons kekebalan terhadap kacang-kacangan dari yang tadinya alergi menjadi nonalergi," katanya.
Sebagai bahan untuk imunoterapi, Burks mengusulkan menggunakan genetik protein yang terkandung dalam kacang-kacangan itu sendiri. Ia optimistis akan metode tersebut, mengingat bukti keberhasilan penerapan metode yang sama, misalnya percobaan herbal China terhadap hewan.
"Rancangan genetik ini juga memungkinkan terciptanya jenis kacang bebas alergi," ungkapnya.
Selain obat dan imunoterapi, upaya menghapus alergi juga bisa ditempuh melalui alat yang berprinsip pada terapi bioresonansi. Dasar pengobatan alat asal Jerman yang disebut Bicom 2000 ini menggunakan pendekatan ilmu fisika, yaitu gelombang atau kuantum.

B. PERMASALAHAN
Banyak masyarakat di sekitar kita yang belum paham dan mengerti sesungguhnya konsep penyakit Alergi tersebut, bahkan ada yang menyamakan setiap jenis alergi yang timbul oleh faktor – faktor yang tidak jelas. Jadi disini Pnulis ingin menyajikan serangkaian informasi yang mudah – mudahan bermanfaat bagi Pembaca dan Penulis khususnya beserta solusi yang tepat untuk mengatasi Alergi.





C. TUJUAN PENULISAN
• Agar masyarakat mengerti dan mengetahui jenis – jenis Penyakit ALERGI beserta cara mengatasi penyakit tersebut
• Agar masyarakat tidak menyamakan setiap jenis penyakit Alergi yang bisa mengakibatkan penyakit bertambah parah karena pengobatan yang salah.





























BAB II
ISI

1. DEFINISI
Berdasarkan Wikipedia Indonesia, maka Alergi atau hipersensitivitas tipe I adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang umumnya imunogenik (antigenik)atau dikatakan orang yang bersangkutan bersifat atopik. Dengan kata lain, tubuh manusia berkasi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing dan berbahaya, padahal sebenarnya tidak untuk orang-orang yang tidak bersifat atopik. Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut alergen.

2. EPIDEMIOLOGI
Alergi dapat berkembang pada umur berapa saja, kemungkinan bahkan didalam kandungan. Mereka umumnya terjadi pada anak-anak namun mungkin dapat menimbulkan gejala-gejala untuk pertama kalinya pada waktu dewasa. Asma mungkin berlangsung lama pada orang-orang dewasa sedangkan alergi hidung cenderung berkurang di usia tua.
Beberapa orang sensitif (peka) terhadap allergen-allergen tertentu dimana, sebagian orang yang lain tidak peka? Mengapa orang-orang alergi menghasilkan lebih banyak IgE dari pada yang tidak alergi? Kelihatannya faktor utama yang membedakannya adalah keturunan. Untuk beberapa waktu, telah diketahui bahwa kondisi-kondisi alergi cenderung berkelompok/berkerumun didalam keluarga-keluarga. Risiko anda sendiri mengembangkan alergi berhubungan dengan sejarah alergi dari orang tua anda. Jika tidak ada satupun orang tua anda alergi, kesempatan anda mendapat alergi adalah kira-kira 15%. Jika satu orang tua alergi, risiko anda meningkat sampai 30% dan jika kedua-duanya alergi, risiko anda lebih besar dari 60%.


Walaupun anda mungkin mewarisi kecenderungan mengembangkan alergi, anda mungkin kenyataanya tidak pernah mempunyai gejala-gejala. Anda juga tidak seharusnya mewarisi alergi yang sama atau penyakit-penyakit yang sama seperti orang tua anda. Masih belum jelas apa yang menentukan bahan-bahan apa yang memicu suatu reaksi pada orang yang alergi. Apalagi, penyakit-penyakit yang mana mungkin dapat berkembang atau berapa beratnya gejala-gejala yang mungkin terjadi, belum diketahui.
Potongan utama lainnya dari teka-teki alergi adalah lingkungan. Adalah jelas bahwa anda harus mempunyai suatu tendensi genetik dan di ekspose pada suatu allergen sehingga mengembangkan suatu alergi. Sebagai tambahan, lebih hebat dan ber-ulang-ulang ekspose pada suatu allergen dan lebih awal terjadi didalam kehidupan, lebih mungkin suatu alergi akan berkembang.
Ada pengaruh-pengaruh penting lainnya yang dapat berkomplot untuk menyebabkan kondisi-kondisi alergi. Beberapa dari ini termasuk merokok, polusi, infeksi, dan hormon-hormon.
Suatu alergi merujuk pada suatu reaksi berlebihan oleh sistim imun kita sebagai tanggapan pada kontak badan dengan bahan-bahan asing tertentu. Berlebihan karena bahan-bahan asing ini umumnya dipandang oleh tubuh sebagai sessuatu yang tidak membahayakan dan tidak terjadi tanggapan pada orang-orang yang tidak alergi. Tubuh-tubuh dari orang-orang yang alergi mengenali bahan asing itu dan sebagian dari sistim imun diaktifkan. Bahan-bahan alergi disebut "allergens". Contoh-contoh dari allergens termasuk serbuk sari, tungau, jamur-jamur, dan makanan-makanan. Untuk mengerti bahasa alergi adalah sangat penting untuk mengingat bahwa allergens adalah bahan-bahan yang asing terhadap tubuh dan dapat menyebabkan suatu reaksi alergi pada orang-orang tertentu.
Ketika suatu allergen bersentuhan dengan tubuh, dia menyebabkan sistim imun untuk mengembangkan suatu reaksi alergi pada orang yang alergi terhadapnya. Ketika anda bereaksi secara tidak sesuai pada alergen yang umumnya tidak berbahaya pada orang-orang lain, anda mempunyai suatu reaksi alergi dan dapat dirujuk sebagai alergi atau atopik. Oleh karananya, orang-orang yang cenderung mendapat alergi disebut alergi atau atopik.

Dokter anak austria bernama Clemens Pirquet (1874-1929) pertamakali menggunakan istilah alergi. Ia merujuk pada kedua imunitas yang menguntungkan dan hipersensitifitas yang berbahaya sebagai alergi. Kata alergi berasal dari kata-kata Greek "allos," yang berarti berbeda atau berubah dan "ergos," berarti bekerja atau beraksi. Alergi secara garis besar dirujuk sebagai suatu "reaksi yang berubah". Kata alergi pertama kali digunakan pada tahun 1905 untuk menggambarkan reaksi-reaksi yang merugikan dari anak-anak yang diberikan suntikan-suntikan berulang dari serum kuda untuk melawan infeksi. Tahun berikutnya, istilah alergi diusulkan untuk menerangkan kereaktifan yang berubah yang tidak diharapkan ini.
Fakta-fakta Alergi
• Diperkirakan sekitar 50 juta penduduk Amerika dipengaruhi oleh kondisi-kondisi alergi.
• Biaya dari alergi di Amerika adalah lebih dari US$ 10 milyar setiap tahunnya.
• Alergi rhinitis (alergi hidung) mempengaruhi sekitar 35 juta penduduk Amerika, 6 juta darinya adalah anak-anak.
• Asma mempengaruhi 15 juta penduduk Amerika, 5 juta darinya adalah anak-anak.
• Angka dari kasus-kasus asma berlipat ganda selama 20 tahun terakhir.
3. ETIOLOGI
Untuk membantu menjawab pertanyaan ini, marilah kita lihat pada beberapa contoh-contoh rumah tangga yang umum. Beberapa bulan setelah kedatangan seekor kucing didalam rumah, ayah mulai mendapat mata-mata yang gatal dan episode-episode dari bersin. Satu dari tiga anak mengembangkan batuk dan mencuit-cuit, terutama ketika kucing itu masuk kedalam kamar tidurnya. Ibu dan kedua anak lainnya tidak mengalami reaksi apa saja terhadap kehadiran kucing. Bagaimana kita menjelaskan ini ?
Sistim imun adalah mekanisme pertahanan yang diorganisir oleh tubuh melawan penyerbu-penyerbu asing, terutama infeksi-infeksi. Pekerjaannya adalah mengenali dan bereaksi terhadap bahan-bahan asing ini, yang disebut antigens. Antigens adalah bahan-bahan yang mampu menyebabkan produksi dari antibodi-antibodi. Antigens mungkin dapat atau tidak dapat menjurus pada reaksi alergi. Allergens adalah antigens tertentu yang menyebabkan suatu reaksi alergi dan produksi dari IgE.

Tujuan dari sistim imun adalah memobilisasi kekuatannya pada tempat penyerangan dan menghancurkan musuh. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan menciptakan protein-protein pelindung yang disebut antibodi-antibodi yang khusus ditujukan melawan bahan-bahan asing tertentu. Antibodi-antibodi ini, atau immunoglobulins (IgG, IgM, IgA, IgD), adalah pelindung dan membantu menghancurkan suatu partikel asing dengan melekatkan dirinya pada permukaannya, dengan begitu membuat mudah sel-sel imun lainnya untuk menghancurkannya. Bagaimanapun orang yang alergi, mengembangkan suatu tipe spesifik dari antibodi yang disebut immunoglobulin E, atau IgE, sebagai tanggapan pada suatu bahan asing tertentu yang umumnya tidak berbahaya, seperti dander kucing. Ringkasannya, immunoglobulins adalah suatu grup dari molekul-molekul protein yang bekerja sebagai antibodi-antibodi. Ada 5 macam tipe-tipe yang berbeda: IgA, IgM, IgG, IgD, dan IgE. IgE adlah antibodi alergi.
Pada contoh binatang kucing, ayah dan anak perempuan termuda mengembangkan antibodi-antibodi IgE dalam jumlah besar yang ditujukan melawan allergen kucing, dander kucing. Ayah dan anak perempuan kini menjadi sensitif atau cenderung untuk mengembangkan reaksi-reaksi alergi pada ekspose yang berikutnya dan berulang pada allergen kucing. Secara khas, ada suatu periode "sensitifitas" yang berkisar dari bulanan sampai tahunan sebelum suatu reaksi alergi. Walaupun mungkin adakalanya terjadi reaksi alergi pada ekspose pertama kali pada allergen, pasti sebelumnya ada kontak sehingga sistim imun bereaksi dengan cara ini.
IgE adalah suatu antibodi yang dimiliki oleh kita semua dalam jumlah kecil. Orang-orang yang alergi, bagaimanapun, menghasilkan IgE dalam jumlah yang besar. Secara normal, antibodi ini penting dalam melindungi kita dari parasit-parasit, namun tidak dari dander kucing atau allergens. Selama periode sensitifitas, IgE dander kucing diproduksi berlebihan dan melapisi sel-sel tertentu yang berpotensi meledak yang mengandung bahan-bahan kimia. Sel-sel ini mampu menyebabkan suatu rekasi alergi pada ekspose berikutnya pada dander. Ini disebabkan oleh reaksi dari dander kucing dengan dander IgE mengiritasi sel-sel dan menjurus pada pelepasan beragam bahan-bahan kimia, termasuk histamine.
Bahan-bahan kimia ini, pada gilirannya, menyebabkan peradangan dan gejala-gejala alergi yang khas. Ini adalah bagaimana sistim imun menjadi berlebihan dan disiapakn untuk menyebabkan suatu reaksi alergi ketika distimulasi oleh suatu allergen.
Waktu ekspose pada dander kucing, ibu dan kedua anak lainnya menghasilkan klas-klas antibodi-antibodi lainnya, tidak satupun darinya menyebabkan reaksi alergi. Dalam anggota keluarga yang tidak alergi, partikel-partikel dander dieliminasi oleh sistim imun dan kucing itu tidak ada pengaruhnya pada mereka.
Berdasarkan jenisnya, maka Alergi dibedakan atas :
Alergi & Intoleransi Makanan
DEFINISI
Alergi Makanan adalah gejala-gejala yang terjadi akibat respon kekebalan setelah memakan makanan tertentu. Intoleransi makanan bukan merupakan suatu alergi makanan, tetapi merupakan setiap efek yang tidak diinginkan akibat memakan makanan tertentu.

PENYEBAB
Dalam keadaan normal, sistem kekebalan mempertahankan tubuh melawan zat-zat yang berbahaya seperti bakteri, virus dan racun.
Kadang suatu respon kekebalan dipicu oleh suatu zat (alergen) yang biasanya tidak berbahaya dan terjadi alergi. Penyebab dari alergi makanan tidak sepenuhnya dimengerti karena alergi makanan bisa menimbulkan sejumlah gejala yang bervariasi.
Reaksi terhadap makanan bisa bersifat ringan atau fatal, tergantung kepada jenis dan beratnya reaksi.
Alergi makanan sering terjadi. Sistem kekebalan melepaskan antibodi dan zat-zat (termasuk histamin) sebagai respon terhadap masuknya makanan tertentu.
Gejalanya bisa terlokalisir di lambung dan usus atau bisa menimbulkan gejala di berbagai bagian tubuh, setelah makanan dicerna dan diserap,

Gejala biasanya akan timbul dengan segera, jarang sampai lebih dari 2 jam setelah makan makanan tertentu.
Alergi makanan seringkali menyerupai keadaan lainnya, seperti intoleransi makanan (terjadi akibat kekurangan enzim yang diperlukan untuk mencerna makanan tertentu), irritable bowel syndrome, respon terhadap stres emosi atau stres fisik, pencemaran makanan oleh racun (keracunan makanan) dan penyakit lainnya.
Alergi makanan berbeda dengan penyakit-penyakit tersebut karena pada alergi makanan dilepaskan antibodi, histamin dan zat-zat lainnya.

Makanan yang seringkali menyebabkan alergi:
- kerang-kerangan (kepitin, lobster, udang)
- kacang-kacangan
- kacang tanah
- buah-buahan (melon, strawberi, nanas dan buah tropis lainnya)
- tomat
- pewarna, penyedap makanan.

Makanan yang sering menyebabkan intoleransi:
- terigu dan gandum lainnya yang mengandung gluten
- protein susu sapi
- hasil olahan jagung.
GEJALA
Gejala-gejala yang mungkin terjadi setelah memakan makanan penyebab alergi:
- tenggorokan terasa gatal
- anafilaksis
- nyeri perut
- perut keroncongan
- diare


- mual
- muntah
- kram perut
- perut kermbung
- rasa gatal di mulut, tenggorokan, mata, kulit atau bagian tubuh lainnya
- kaligata (urtikaria
- angioedema (kaligata di kelopak mata, bibir)
- sakit kepala
- hidung tersumbat
- hidung meler
- sesak nafas
- bengek (mengi)
- kesulitan menelan.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan timbulnya gejala-gejala setelah penderita memakan makanan tertentu. Pada pemeriksaan paru-paru dengan stetoskop bisa terdengar bunyi pernafasan mengi. Peningkatan antibodi atau immunoglobulin (terutaman IgE) semakin memperkuat diagnosis alergi.
Untuk menentukan penyebab terjadinya alergi, bisa dilakukan pemeriksaan berikut:
• Penyisihan makanan (makanan yang dicurigai disingkirkan sampai gejalanya menghilang, setelah itu makanan tersebut kembali diberikan kepada penderita untuk melihat apakah terjadi reaksi alergi)
• Diet provokasi makanan
• Tes kulit untuk alergi.




PENGOBATAN
Pengobatannya bervariasi, tergantung kepada jenis dan beratnya gejala.
Tujuan pengobatan adalah mengurangi gejala dan menghindari reaksi alergi di masa yang akan datang. Gejala yang ringan atau terlokalisir mungkin tidak memerlukan pengobatan khusus. Gejala akan menghilang beberapa saat kemudian.
Antihistamin bisa meringankan berbagai gejala. Untuk gejala yang berat, bisa diberikan kortikosteroid (misalnya prednison) dan epinefrin (adrenalin).
PENCEGAHAN
Cara terbaik untuk mencegah terjadinya reaksi alergi di masa yang akan datang adalah dengan menghindari makanan penyebab alergi.
Alergi Fisik
DEFINISI
Alergi Fisik adalah suatu keadaan dimana gejala-gejala alergi timbul sebagai respon terhadap rangsangan fisik yang bisa berupa dingin, cahaya matahari, panas atau cedera ringan. Sistem kekebalan dirancang untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang berbahaya, misalnya kuman penyakit. Kadang sistem kekebalan mengalami kekacauan dan menyerang benda asing yang tidak berbahaya sehingga menimbulkan kerugian bukannya keuntungan. Keadaan ini disebut dengan alergi (jika yang diserang berasal dari luar tubuh, misalnya serbuk bunga atau sengatan lebah) dan disebut autoimun (jika menyerang komponen tubuh sendiri).
Sistem kekebalan biasanya hanya memberikan respon terhadap zat kimia tertentu, yang disebut protein. Tetapi zat non-proteinpun bisa memicu terjadinya respon yang sama.
Alergi fisik terjadi jika reaksinya tidak dipicu oleh suatu protein.





PENYEBAB
Penyebabnya bisa berupa:
• Cedera ringan (misalnya garukan) menyebabkan timbulnya bentol-bentol yang terasa gatal (urtikaria). Adanya urtikaria ini merupakan suatu keadaan yang disebut dengan dermografisme.
• Dingin bisa merubah protein tertentu di dalam darah sehingga terjadi reaksi kekebalan. Hal ini bisa menunjukkan bahwa terdapat protein abnormal di dalam darah yang berasal dari kelainan sumsum tulang.
Reaksi ini juga bisa melibatkan paru-paru dan sistem peredaran darah sehingga timbul gejala bunyi nafas mengi (wheezing) dan pingsan.
• Alergi terhadap panas bisa disebabkan oleh olah raga atau bahkan oleh emosi yang kuat (pada orang-orang yang peka).
• Sinar matahari (meskipun tanpa obat-obatan) menyebabkan timbulnya urtikaria. Keadaan ini bisa merupakan gejala dari porfiria (suatu kelainan metabolisme yang sifatnya diturunkan).
• Elemen (misalnya nikel dan kromium), meskipun bukan merupakan protein, sering menyebabkan ruam kulit; alergi yodium bisa menyebabkan timbulnya ruam kulit dan luka di mulut.
• Tekanan atau getaran juga bisa menyebabkan urtikaria.
• Kontak dengan air bisa menyebabkan urtikaria akuagenik, kemungkinan karena adanya klorin atau mineral lainnya di dalam air.
Jika reaksi peradangan melibatkan lapisan kulit yang lebih dalam maka keadaannya disebut angioedema. Kulit, terutama kulit bibir dan kelopak mata membengkak; hal ini bisa juga melibatkan lidah, tenggorokan dan sebagian saluran pencernaan.
Angioedema bisa disebabkan oleh agen fisik, tetapi penyebabnya seringkali tidak diketahui.




GEJALA
Gejala yang sering ditemukan adalah gatal-gatal, bintik-bintik di kulit dan kaligata.
Pada beberapa penderita terjadi penyempitan saluran pernafasan sehingga mereka mengalami kesulitan bernafas.
Reaksi yang kuat terhadap cahaya matahari (fotosensitivitas) bisa menyebabkan kaligata dan bintik-bintik kulit yang tidak biasa.
Fotosensitivitas juga bisa terjadi akibat pemakaian beberapa obat tertentu secara bersamaan atau akibat bahan yang dioleskan ke kulit.
Seseorang yang sangat sensitif terhadap panas bisa mengalami urtikaria kolinergik, yang ditandai dengan adanya bilur-bilur kecil yang dikelilingi oleh cincin berwarna merah dan terasa sangat gatal.
Urtikaria kolinergik juga bisa terjadi akibat olah raga, stres emosional atau berbagai kegiatan yang menyebabkan keluarnya keringat.
Orang yang peka terhadap dingin, jika terkena cuaca dingin bisa mengalami kaligata, pembengkakan kulit, asma atau hidung meler dan hidung tersumbat.

DIAGNOSA
Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik dan gejala-gejalanya.
Untuk mengetahui penyebabnya, bisa dilakukan tes kulit dan pemeriksaan terhadap fotosensitivitas.

PENGOBATAN
Antihistamin biasanya bisa meringankan gatal-gatal (contohnya diphenhydramine, cyproheptadine atau hikroksizin).
Cyproheptadine sangat efektif untuk mengatasi kaligata akibat dingin dan hidroksizin untuk kaligata akibat stress. Orang yang sangat peka terhadap sinar matahari sebaiknya menggunakan tabir surya dan menghindari sinar matahari sebanyak mungkin.


Rasa gatal juga bisa diatasi dengan kompres dingin atau salep/bedak yang mengandung mentol, kamper, minyak ekaliptus , lidah buaya, antihistamin maupun kortison.

PENCEGAHAN
Jika sumber penyebabnya telah diketahui, maka alergi bisa dicegah dengan cara menghindarinya atau melindungi diri dari alergen tersebut.
Reaksi Alergi Akibat Olah Raga
DEFINISI
Pada beberapa orang, olah raga bisa menyebabkan serangan asma atau reaksi anafilaktik akut. Asma merupakan salah satu jenis reaksi alergi akibat olah raga yang abnormal. Asma akibat olah raga seringkali terjadi pada penderita asma, tetapi ada juga beberapa orang mengalami asma hanya setelah berolah raga.
Rasa sesak di dada disertai dengan bunyi nafas mengi dan sesak nafas timbul dalam waktu 5-10 menit setelah melakukan olah raga berat, tetapi biasanya timbul setelah selesai berolah raga. Asma akibat olah raga cenderung terjadi jika cuaca dingin dan kering.
Anafilaksis akibat olah raga bisa terjadi setelah melakukan olah raga berat.
Pada beberapa penderita, anafilaksis timbul hanya jika sebelum berolah raga penderita memakan makanan atau obat-obatan tertentu. Obat yang paling sering menyebabkan anafilaksis akibat olah raga adalah Aspirin dan obat anti peradangan non-steroid. Makanan yang dapat menyebabkan anafilaksis akibat olah raga adalah makanan laut, gandum, celery dan keju.
Tujuan pengobatan pada asma akibat olah raga adalah agar penderita bisa melakukan olah raga tanpa harus mengalami asma sesudahnya.
Hal ini bisa dicapai dengan cara menghirup obat beta-adrenergik sekitar 15 menit sebelum berolah raga. Kadang digunakan kromolin. Orang-orang yang mengalami anafilaksis akibat olah raga sebaiknya menghindari olah raga maupun makanan yang diketahui dapat memicu timbulnya gejala.

Beberapa penderita mengatasinya dengan cara meningkatkan secara perlahan berat dan lamanya olah raga sehingga mereka lebih dapat mentoleransinya.

Reaksi Alergi
DEFINISI
Reaksi Alergi (Reaksi Hipersensitivitas) adalah reaksi-reaksi dari sistem kekebalan yang terjadi ketika jaringan tubuh yang normal mengalami cedera/terluka. Mekanisme dimana sistem kekebalan melindungi tubuh dan mekanisme dimana reaksi hipersensitivitas bisa melukai tubuh adalah sama. Karena itu reaksi alergi juga melibatkan antibodi, limfosit dan sel-sel lainnya yang merupakan komponen pelindung yang normal pada sistem kekebalan,
Macam-macam reaksi alergi:
• Rinitis Alergika Musiman
• Rinitis Alergika Pereneal
• Konjungtivitis Alergika
• Alergi & Intoleransi Makanan
• Anafilaksis
• Kaligata (Urtikaria)
• Angioedema Herediter
• Mastositosis
• Alergi Fisik
• Reaksi Alergi Akibat Olah Raga.




PENYEBAB
Istilah reaksi alergi digunakan untuk menunjukkan adanya reaksi yang melibatkan antibodi IgE (immunoglobulin E). Ig E terikat pada sel khusus, termasuk basofil di dalam sirkulasi darah dan sel mast di dalam jaringan. Jika antibodi IgE yang terikat dengan sel-sel tersebut berhadapan dengan antigen (dalam hal ini disebut alergen), maka sel-sel tersebut didorong untuk melepaskan zat kimia yang melukai jaringan di sekitarnya.
Alergen bisa berupa partikel debu, serbuk tanaman, obat atau makanan, yang bertindak sebagai antigen yang merangsang terajdinya respon kekebalan. Kadang istilah penyakit atopik digunakan untuk menggambarkan sekumpulan penyakit keturunan yang berhubungan dengan IgE, seperti rinitis alergika dan asma alergika.
Penyakit atopik ditandai dengan kecenderungan untuk menghasilkan antibodi IgE terhadap inhalan (benda yang terhirup, seperti serbuk bunga, bulu binatang, partikel debu) yang tidak berbahaya.
Eksim (dermatitis atopik) juga merupakan suatu penyakit atopik meskipun peran IgE dalam penyakit ini tidak begitu jelas.
Meskipun demikian, seseorang yang menderita penyakit atopik tidak memiliki resiko membentuk antibodi IgE terhadap alergen yang disuntikkan (misalnya obat atau racun serangga).

GEJALA
Reaksi alergi bisa bersifat ringan atau berat. Kebanyakan reaksi terdiri dari mata berair, mata terasa gatal dan kadang bersin.
Pada reaksi yang esktrim bisa terjadi gangguan pernafasan, kelainan fungsi jantung dan tekanan darah yang sangat rendah, yang menyebabkan syok. Reaksi jenis ini disebut anafilaksis, yang bisa terjadi pada orang-orang yang sangat sensitif, misalnya segera setelah makan makanan atau obat tertentu atau setelah disengat lebah.




DIAGNOSA
Setiap reaksi alergi dipicu oleh suatu alergen tertentu, karena itu tujuan utama dari diagnosis adalah mengenali alergen. Alergen bisa berupa tumbuhan musim tertentu (misalnya serbuk rumput atau rumput liar) atau bahan tertentu (misalnya bulu kucing, obat atau makanan). Jika bersentuhan dengan kulit atau masuk ke dalam mata, terhirup, termakan atau disuntikkan, alergen bisa menyebabkan reaksi alergi
Pemeriksaan bisa membantu menentukan apakah gejalanya berhubungan dengan alergi dan menentukan alergen penyebabnya.
Pemeriksaan darah bisa menunjukkan banyak eosinofil (sejenis sel darah putih yang seringkali meningkat selama terjadinya reaksi alergi).
Tes RAS (radioallergosorbent) dilakukan untuk mengukur kadar antibodi IgE dalam darah yang spesifik untuk alergen individual. Hal ini bisa membantu mendiagnosis reaksi alerki kulit, rinitis alergika musiman atau asma alergika.
Tes kulit sangat bermanfaat untuk menentukan alergen penyebab terjadinya reaksi alergi. Larutan encer yang terbuat dari saripati pohon, rumput, rumput liar, serbuk tanaman, debu, bulu binatang, racun serangga, makanan dan beberapa jenis obat secara terpisah disuntikkan pada kulit dalam jumlah yang sangat kecil.
Jika terdapat alergi terhadap satu atau beberapa bahan tersebut, maka pada tempat penyuntikkan akan terbentuk bentol (pembengkakan seperti kaligata yang sekelilingnya merah) dalam waktu 15-20 menit.
Jika tes kulit tidak dapat dilakukan atau keamanannya diragukan, maka bisa digunakan tes RAS. Kedua tes ini sangat spesifik dan akurat, tetapi tes kulit biasanya sedikit lebih akurat dan lebih murah serta hasilnya bisa diperoleh dengan segera.

PENGOBATAN
Menghindari alergen adalah lebih baik daripada mencoba untuk mengobati suatu reaksi alergi.


Dengan menghindari alergen, maka penderita tidak perlu:
- mengkonsumsi obat tertentu
- memasang alat penyaring pada AC
- melarang hewan peliharaan berkeliaran di dalam rumah
- berhenti mengkonsumsi makanan tertentu.
Kadang penderita yang alergi terhadap bahan yang berhubungan dengan jenis pekerjaan tertentu, mungkin harus berganti pekerjaan. Penderita alergi musiman yang berat mungkin perlu mempertimbangkan untuk pindah ke suatu daerah yang tidak memiliki alergen tersebut.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menghindari kontak dengan alergen:
• Jika alergi terhadap debu rumah, sebaiknya jangan menggunakan mebel, karpet dan tirai yang sifatnya menampung debu
• Membungkus kasur dan bantal dengan pelindung plastik
• Menghisap debu sesering mungkin
• Menggunakan AC untuk mengurangi kelembaban ruangan yang tinggi
• Memasang penyaring udara yang sangat efisien.
Beberapa alergi yang terbawa oleh udara tidak dapat dihindari, karena itu seringkali digunakan metode untuk menghalangi respon alergi dan penggunaan obat untuk meringankan gejala.
Imunoterapi alergen
Jika tidak dapat menghindari alergen, pilihan pengobatannya adalah imunoterapi alergen (suntikan alergi). Dengan imunoterapi, sejumlah kecil alergen disuntikkan di bawah kulit dan dosisnya dinaikkan secara bertahap sampai tercapai dosis pemeliharaan.
Pengobatan ini merangsang tubuh untuk menghasilkan antibodi penghalang atau antibodi penetralisir yang bertindak sebagai pencegah terjadinya reaksi alergi. Pada akhirnya kadar antibodi IgE dalam darah (sebagai antigen) juga turun.

Imunoterapi harus dilakukan secara hati-hati karena pemberian alergen dosis tinggi yang terlalu cepat bisa menyebabkan terjadinya reaksi alergi. Imunoterapi paling sering digunakan untuk penderita alergi terhadap serbuk tanaman, partikel debu rumah, racun serangga dan bulu binatang. Imunoterapi tidak dianjurkan untuk dilaksanakan pada penderita alergi makanan karena resiko terjadinya anafilaksis.
Pada awalnya, pengobatan biasanya diberikan 1 kali/minggu, selanjutnya dosis pemeliharaan diberikan setiap 4-6 minggu.
Prosedur ini sangat efektif jika dosis pemeliharaan diberikan sepanjang tahun.

Setelah penyuntikan imunoterapi bisa terjadi reaksi yang merugikan seperti:
- bersin-bersin
- batuk
- kemerahan (flushing)
- kesemutan
- gatal-gatal
- rasa sesak di dada
- bunyi nafas mengi
- kaligata.
Jika timbul gejala yang ringan, bisa diberikan antihistamin (misalnya difenhidramin atau klorfeniramin). Jika gejalanya lebih berat bisa diberikan suntikan epinefrin (adrenalin).
Antihistamin
Antihistamin adalah obat-obatan yang paling sering digunakan untuk mengatasi alergi (tidak digunakan untuk mengatasi asma).
Terdapat 2 macam reseptor histamin di dalam tubuh, yaitu histamin1 (H1) dan histamin2 (H2).
Istilah antihistamin biasanya dipakai untuk obat-obat yang menghalangi reseptor H1 (perangsangan oleh histamin terhadap reseptor ini menyebabkan cedera pada jaringan target). Bloker H1 sebaiknya tidak dikacaukan dengan obat-obat yang menghalangi reseptor H2 (bloker H2) yang digunakan untuk mengobati ulkus peptikum dan heartburn.

Efek dari reaksi alergi yang ringan tetapi cukup mengganggu penderitanya (seperti mata terasa gatal, hidung meler dan kulit terasa gatal) disebabkan oleh pelepasan histamin.
Efek histamin lainnya yang lebih berbahaya adalah sesak nafas, tekanan darah rendah dan pembengkakan di tenggorokan yang dapat menghalangi jalannya udara.

Semua antihistamin memiliki efek yang diinginkan yang sama, tetapi memiliki efek yang tidak diinginkan yang berbeda. Beberapa antihistamin memiliki efek sedatif (penenang) yang lebih kuat daripada yang lainnya.
Kadang efek yang tidak diinginkan juga mendatangkan keuntungan. Beberapa antihistamin memiliki efek kolinergik yang menyebabkan kekeringan pada selaput lendir. Efek ini bisa dimanfaatkan kuntuk meringankan hidung meler akibat cuaca dingin.
Beberapa antihistamin dijual bebas tanpa resep dokter dan ada yang dikombinasikan dengan dekongestan (obat untuk mengkerutkan pembuluh darah dan membantu melegakan hidung tersumbat). Kebanyakan antihistamin menyebabkan ngantuk. Efek sedatif yang kuat dari antihistamin menyebabkan obat ini banyak ditemukan sebagai bahan aktif dalam berbagai obat tidur yang dijual bebas.
Antihistamin juga sebagian besar memiliki efek antikolinergik yang kuat, yang bisa menyebabkan linglung, pusing, mulut kering, sembelit, sulit berkemih dan penglihatan kabur. Tetapi kebanyakan orang yang menggunakan antihistamin tidak mengalami efek tersebut.
Rasa ngantuk dan efek samping lainnya juga dapat diminimalisasi dengan cara mengawali pemakaian antihistamin dalam dosis rendah dan secara bertahap menambah dosisnya sampai dicapai dosis yang efektif mengendalikan gejala.
Saat ini juga tersedia antihistamin non-sedatif (tidak menimbulkan rasa kantuk), seperti astemizol, setirizin, loratadin dan feksofenadin





BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya alergi:
• Jagalah kebersihan lingkungan, baik di dalam maupun diluar rumah. Hal ini termasuk tidak menumpuk banyak barang di dalam rumah ataupun kamar tidur yang dapat menjadi sarang bertumpuknya debu sebagai rangsangan timbulnya reaksi alergi.Usahakan jangan memelihara binatang di dalam rumah ataupun meletakkan kandang hewan peliharaan di sekitar rumah anda.
• Kebersihan diri juga harus diperhatikan, untuk menghindari tertumpuknya daki yang dapat pula menjadi sumber rangsangan terjadinya reaksi alergi.Untuk mandi, haruslah menggunakan air hangat seumur hidup, dan usahakan mandi sore sebelum PK.17.00'. Sabun dan shampoo yang digunakan sebaiknya adalah sabun dan shampoo untuk bayi.Dilarang menggunakan cat rambut.
• Jangan menggunakan pewangi ruangan ataupun parfum, obat-obat anti nyamuk. Jika di rumah anda terdapat banyak nyamuk, gunakanlah raket anti nyamuk.
• Gunakan kasur atau bantal dari bahan busa, bukan kapuk.
• Gunakan sprei dari bahan katun dan cucilah minimal seminggu sekali dengan air hangat akan efektif.
• Hindari menggunakan pakaian dari bahan wool, gunakanlah pakaian dari bahan katun.
• Pendingin udara (AC) dapat digunakan, tetapi tidak boleh terlalu dingin dan tidak boleh lebih dari PK.24.00'
• Awasi setiap makanan atau minuman maupun obat-obatan yang menimbulkan reaksi alergi. Hindarilah bahan manakan, minuman, maupun obat-obatan tersebut. Anda harus mematuhi aturan diet alergi anda.


• temui ahli. Konsultasikan dengan spesialis. Alergi yang muncul membutuhkan perawatan yang berbeda-beda pada masing-masing penderita alergi. Mintalah dokter anda untuk melakukan imunoterapi untuk menurunkan kepekaan anda terhadap bahan-bahan pemicu reaksi alergi, misalnya: dengan melakukan suntikan menggunakan ekstrak debu rumah atau dengan melakukan imunisasi Baccillus Calmette Guirine (BCG) minimal sebanyak 3 kali (1 kali sebulan) berturut-turut.
Timbulnya penyakit alergi, jelas Prof. DR. Dr. H. R. Karnen Garna Baratawidjaja, Sp.PD-KAI, FAAAI., memang tergantung dari besar-kecilnya pencetus. Jika faktor keturunan kadarnya besar dan faktor lingkungan kecil, reaksi alergi tetap bisa terjadi. Begitu pula sebaliknya. "Tapi kalau faktor keturunan besar dan lingkungan tidak memacu, alergi itu tidak akan terjadi," ujar ahli alergi dari Klinik Alergi dan Imunologi ini.
Tes Reaksi Cepat Ditegaskan Prof. Karnen, penanganan alergi akibat faktor keturunan ini masih sulit. Meskipun saat ini banyak penelitian difokuskan ke arah itu. Penelitian biasanya dilakukan sejak bayi masih berada dalam kandungan. Memang lebih mudah mengetahui alergi akibat faktor lingkungan, yaitu dengan melakukan anamnese (wawancara dengan pasien). "Bila pasien yang datang mengalami gatal-gatal setelah makan udang, ya anjurannya jangan makan udang lagi. Pada pasien yang mengalami gatal-gatal sehabis luluran, bahan-bahan yang terdapat dalam lulur itu harus diperiksa," cetusnya. Ditambahkan bahwa untuk mengetahui hubungan antara penyebab dan timbulnya gatal-gatal itu tidak selalu mudah.
Untuk memastikannya di Klinik Alergi dan Imunologi ini akan dilakukan beberapa tes. Ada tiga jenis pemeriksaan yang bisa dijalani, terutama untuk memperdalam kasus alergi, terutama yang diakibatkan faktor lingkungan. Pertama yaitu tes tusuk kulit (skin prick test). Pada pemeriksaan ini kulit akan diberi alat khusus yang bernama point. Alat ini diletakkan di atas kulit dengan cara agak ditekan-tekan. Point sendiri berupa bahan-bahan alami, misalnya berbagai jenis makanan, bahkan tepung sari. "Di sini sama sekali tidak menggunakan jarum suntik, maka itu tidak setetes pun darah mengalir," ujar Prof. Karnen.

Tes tusuk kulit ini reaksinya cepat sekali, hanya sekitar 15 menit. Jenis tes lainnya adalah tes tempel (patch test). Bila dokter menduga kelainan kulit yang ada diakibatkan kontak dengan bahan kimia, maka satu-satunya cara untuk membuktikannya yakni dengan tes tempel ini.
Alergi sejenis ini disebut dermatitis kontak alergi. Patch test dilakukan dengan menempatkan bahan-bahan kimia dalam tempat khusus (finn chamber) lalu ditempelkan pada punggung pasien. Waktu yang digunakan sekitar 48 jam dan selama pemeriksaan pasien dianjurkan untuk tidak melakukan kegiatan jasmani atau bekerja keras. Jenis tes yang terakhir adalah tes darah.
Pada kasus alergi umumnya terdapat jenis antibodi IgE yang meningkat. Contohnya, orang yang alergi terhadap susu, akan menunjukkan adanya peningkatan IgE terhadap susu. Harapannya bila telah ditemukan penyebabnya, cara mengatasinya cukup dengan menghindari pencetus tadi. Namun kadang tidak segampang itu. Karenanya perlu diadakan uji darah dengan dibarengi diit alergi.

B. SARAN
Walaupun alergi merupakan penyakit yang umum dijumpai di tengah-tengah masyarakat, sampai saat ini kesadaran terhadap penyakit ini masih rendah. Padahal untuk mengatasi alergi diperlukan penanganan yang tepat sehingga alergi tidak menjadi penyakit yang akan menyebabkan timbulnya penyakit lain yang lebih berbahaya.
Dr. Iris menyebutkan bahwa alergi merupakan suatu reaksi menyimpang dari tubuh yang berkaitan dengan peningkatan kadar imunoglobulin E yang merupakan suatu mekanisme sistem imun.
Beliau juga menjelaskan bahwa kecenderungan alergi dipengaruhi dua faktor yaitu genetik dan lingkungan (faktor eksternal tubuh). Hal tersebut merupakan salah satu penjelasan mengapa terjadi peningkatan kemungkinan mendapat alergi.




Salah satu yang dapat dilakukan adalah mengontrol lingkungan sehingga ”tidak membahayakan” (misalnya menghindari tungau debu rumah seperti karpet, kapuk, bahan beludru pada sofa atau gordyn, ventilasi yang baik di rumah/kamar, jauh dari orang yang sedang merokok, menghindari makanan yang diketahui sering menyebabkan alergi (seperti susu, telur, makanan laut, cokelat) serta menghindari kecoak dan serpihan kulit binatang peliharaan.





























DAFTAR PUSTAKA

www.google.com dari Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas
Total Kesehatan Anda.com dalam ALERGI
www.medicastore.com dalam ALERGI