Panduan tentang Menu

"Selamat Datang di Blog Cara Mengisi Blog dengan Modul Pembelajaran

Penyakit Campak-Ayu Pertiwi 072012906

PENYAKIT CAMPAK

I. Etiologi

Penyakit Campak (Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak golongan Paramyxovirus. virus ini memiliki RNA rantai tunggal, famili paramiksovirus, sampai saat ini hanya ada satu serotipe yang diketahui dapat menimbulkan penyakit pada manusia.

Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun). Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah: - bayi berumur lebih dari 1 tahun - bayi yang tidak mendapatkan imunisasi - remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.

II. Faktor Etiologi

a. Daya tahan tubuh yang lemah

b. Belum pernah terkena campak

c. Belum pernah mendapat vaksinasi campak

d. Keadaan gizi yang kurang

III. Patogenesis

Campak, rubeola, atau measles Adalah penyakit infeksi yang sangat mudah menular atau infeksius sejak awal masa prodromal, yaitu kurang lebih 4 hari pertama sejak munculnya ruam. Campak disebabkan oleh paramiksovirus ( virus campak). Penularan terjadi melalui percikan ludah dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak (air borne disease ). Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul.

Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa: - Panas badan - nyeri tenggorokan - hidung meler ( Coryza ) - batuk ( Cough ) - Bercak Koplik - nyeri otot - mata merah ( conjuctivitis )

Morbili dapat ditularkan dengan 3 cara,antara lain :

a. Percikan ludah yang mengandung virus

b. Kontak langsung dengan penderita

c. Penggunaan peralatan makan & minum bersama.

Penderita dapat menularkan infeksi dalam waktu 2-4 hari sebelum timbulnya ruam kulit dan selama ruam kulit ada.


IV. Gejala Klinis

Gejala dimulai antara 7-20 hari (rata-rata 10-12 hari) sesudah terinfeksi. Gejala awal sulit dibedakan dengan influensa biasa. Dimulai dengan demam tinggi, hidung berair, batuk ringan, sariawan, nyeri menelan, dan mata merah berair. Anak menjadi cengeng dan matanya selalu terpejam akibat radang pada selaput lendir mata (konjungtivitis). Ruam dapat muncul pada selaput lendir mulut daerah pipi 2-4 hari kemudian. Ruam di daerah ini dikenal dengan istilah bercak Koplik (Koplik's spots). Nama tersebut diambil dari Henry Koplik, nama seorang dokter spesialis anak di Amerika Serikat yang pertama mendeteksi tanda itu. Bercak Koplik seringkali digambarkan seperti garam yang ditabur di atas permadani merah. Gambaran itu memang tepat, karena bercak koplik tampak sebagai titik-titik putih kecil dikelilingi oleh dasar mukosa yang merah. Bercak ini hanya muncul pada masa inkubasi dan cepat menghilang. 3-5 hari setelah gejala pertama (1-2 hari setelah munculnya bercak Koplik), demam menjadi semakin tinggi lalu diikuti dengan munculnya ruam-ruam berwarna kemerahan.

Sebagian ruam hanya berupa perubahan warna saja (makula), tapi sebagian lagi berupa lesi yang agak menonjol (papula). Oleh karena itu, erupsi yang terjadi diistilahkan sebagai erupsi makulopapula. Ruam yang terasa sedikit gatal ini mula-mula muncul di belakang telinga. 1 - 2 hari kemudian ruam akan menyebar ke leher, dada, punggung, perut, dan akhirnya lengan serta tungkai. Pada saat ini ruam di wajah mulai menghilang. Pada puncak penyakit, penderita tampak sakit berat, ruam sangat luas, dan suhu tubuh dapat mencapai lebih dari 40°C. Batuk dapat bertambah parah. Pada keadaan yang berat, ruam biasanya akan tampak lebih gelap (merah kehitaman). Dalam 3-5 hari setelah munculnya ruam, suhu tubuh mulai kembali normal.

Penderita akan merasa lebih baik dan ruam yang tersisa akan segera mengalami deskuamasi (pengelupasan lapisan tanduk kulit) dan menghilang. Walau demikian, ruam tersebut akan meninggalkan bekas berupa bercak berwarna kehitam-hitaman yang baru menghilang dalam waktu yang cukup lama (± 1 bulan). Bercak ini merupakan tanda khas bahwa seseorang baru saja terkena campak. Batuk biasanya masih tetap ada sampai beberapa hari kemudian. Kadang-kadang kadar platelet darah dapat turun sangat rendah (trombositopenia). Akibatnya penderita mudah mengalami perdarahan (ditandai dengan mudah memar)


Pemeriksaan Laboratorium

a. Serologi

Pada kasus-kasus atipik, dapat dilakukan pemeriksaan serologi untuk memastikannya. Teknik pemeriksaan yang dapat digunakan adalah:

1. Fiksasi komplemen

2. Inhibisi hemaglutinasi

3. Metode antibodi fluoresensi tidak langsung

b. Patologi anatomi

Pada organ limfoid dijumpai:
* Hiperplasia folikuler yang nyata
* Sentrum germinativum yang besar
* Sel Warthin-Finkeldey

o Sel datia berinti banyak yang tersebar secara acak
o Sel ini memiliki nukleus eosinofilik dan jisim inklusi dalam sitoplasma
o Sel ini merupakan tanda patognomonik campak

Pada bercak Koplik dijumpai:
* Nekrosis
* Neutrofil
* Neovaskularisasi

Diagnosa

Diagnosa biasanya ditegakkan berdasarkan temuan klinis. Pada tahap awal, sulit untuk menegakkan diagnosa campak. Adanya konjungtivitis merupakan petunjuk berharga dalam upaya pengambilan diagnosa. Bila kita berhasil menemukan bercak Koplik, maka diagnosa dini dapat kita tegakkan.

Hal-hal yang membantu penegakan diagnosa:
* Riwayat kontak dengan penderita campak
* Gejala demam, batuk, pilek dan konjungtivitis
* Bercak Koplik (patognomonik)
* Erupsi makulopapula dengan tahap-tahap pemunculan yang khas
* Bercak berwarna kehitaman pada kulit setelah sembuh

V. Management

Sesungguhnya tidak ada pengobatan yang spesifik untuk mengatasi penyakit campak. Pada kasus yang ringan, tujuan terapi hanya untuk mengurangi demam dan batuk, sehingga penderita merasa lebih nyaman dan dapat beristirahat dengan lebih baik. Dengan istirahat yang cukup dan gizi yang baik, penyakit campak (pada kasus yang ringan) dapat sembuh dengan cepat tanpa menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Bila ringan, penderita campak tidak perlu dirawat. Penderita dapat dipulangkan dengan nasehat agar selalu mengupayakan peningkatan daya tahan tubuh, dan segera kontrol bila penyakit bertambah berat.

Umum

· Isolasi untuk mencegah penularan

· Tirah baring dalam ruangan yang temaram (agar tidak menyilaukan)

· Jaga agar penderita tetap merasa hangat dan nyaman

· Diet bergizi tinggi dan mudah dicerna. Bila tidak mampu makan

· Banyak berikan porsi kecil tapi sering (small but frequent)

· Asupan cairan harus cukup untuk mencegah dehidrasi

· Kompres hangat bila panas badan tinggi

Farmakoterapi
Sampai saat ini belum ada obat yang spesifik untuk mengobati campak. Obat-obatan yang dipergunakan biasanya hanya untuk terapi simtomatik. Antibiotika dapat diberikan bila terjadi infeksi sekunder oleh bakteri.

Obat-obat yang dapat diberikan antara lain:

· Penurun panas (antipiretik): Parasetamol atau ibuprofen

· Pengurang batuk (antitusif)

· Vitamin A dosis tunggal

o Di bawah 1 tahun: 100.000 unit

o Di atas 1 tahun: 200.000 unit

· Antibiotika

o Antibiotika hanya diberikan bila terjadi komplikasi berupa infeksi sekunder (seperti otitis media dan pnemonia)


VI. Upaya Kesehatan

Imunisasi campak efektif untuk memberi kekebalan terhadap penyakit campak sampai seumur hidup. Penyakit campak yang disebabkan oleh virus yang ganas ini dapat dicegah jika seseorang mendapatkan imunisasi campak, minimal dua kali yakni semasa usia 6 – 59 bulan dan masa SD (6 – 12 tahun). Upaya imunisasi campak tambahan yang dilakukan bersama dengan imunisasi rutin terbukti dapat menurunkan kematian karena penyakit campak sampai 48%.

Tanpa imunisasi, penyakit ini dapat menyerang setiap anak, dan mampu menyebabkan cacat dan kematian karena komplikasinya seperti radang paru (pneumonia), diare, radang telinga (otitis media) dan radang otak (ensefalitis) terutama pada anak dengan gizi buruk. Hingga kini penyakit campak masih menjadi penyebab utama kematian anak di bawah umur 1 tahun dan Balita umur 1 – 4 tahun di Indonesia. Diperkirakan lebih dari 30.000 anak/tahun meninggal karena komplikasi campak. Selain itu, campak berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) atau wabah. Imunisasi adalah jalan utama untuk mencegah dan menurunkan angka kematian anak-anak akibat campak. Pada anak yang sehat dan cukup gizi, campak biasanya tidak menjadi masalah serius.

Pencegahan

· Hindari kontak dengan penderita campak

· Imunisasi campak pada usia 9 bulan

· Imunisasi MMR pada usia 15 bulan

· Gamma globulin

o Dapat diberikan pada anak berusia 6 bulan sampai 2 tahun bila ada riwayat kontak dengan penderita

o Hanya memberikan perlindungan singkat (± 3 bulan)

o Dosis: 0.2 ml/kgBB

Vaksinasi biasanya dapat memberikan perlindungan seumur hidup pada penerimanya. Walau demikian, pada beberapa kasus, orang yang telah mendapat vaksinasi masih bisa terkena penyakit campak. Bila ini terjadi, gejala yang dialami biasanya bersifat ringan.